Friday, October 28, 2011
ZULHIJJAH DAN PERSOALANNYA
Friday, October 21, 2011
DUNIA SEMAKIN HAMPIRI HARI KIAMAT
Firman Allah dalam ayat 72 surah al-Ahzab :إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Maksudnya: Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan. Jika di Indonesia dan beberapa negara yang lain banyak bangunan yang runtuh dan nyawa yang terkorban akibat gempa bumi, ribut taufan, banjir besar, gunung berapi dan sebagainya tetapi di negara kita banyak binaan termasuk stadium, makmal sekolah, jalan bertingkat, masjid , jambatan dan sebagainya runtuh bukan disebabkan gempa bumi sebaliknya akibat amalan rasuah dan pecah amanah dalam proses pembinaannya. Media massa hari ini sibuk bercakap tentang integriti atau telus amanah dalam melaksanakan tugas terutama selepas Laporan Audit negara yang membongkarkan bagaimana 28 bilion wang negara hangus akibat pecah amanah dan sebagainya. Benarlah amaran nabi Muhammad s.a.w iaitu apabila amanah diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah saat kehancuran. Lahirkanlah dalam negara kita pemimpin yang amanah takutkan Allah bukannya pemimpin yang hanya tahu mengumpul kekayaan dengan menipu rakyat, Ulama’ akhirat yang menjadi penegur dalam memperbetulkan keadaan bukannya pengampu yang menambahkan lagi masalah sedia ada dan juga rakyat bawahan yang sentiasa cintakan cara hidup Islam. Ketika ramai lagi rakyat yang susah memerlukan bantuan tetapi wang negara dibazirkan begitu sahaja termasuk dalam projek mega yang tidak penting dan salah guna kuasa. Lahirlah masyarakat bermula daripada pemimpin hinggalah rakyat jelata yang bencikan rasuah dan jauhi pecah amanah atau kita bakal berdepan dengan kemusnahan yang lebih teruk. Nabi Muhammad s.a.w telah mengingatkan kita tentang fitnah akhir zaman termasuk amalan rasuah yang dijadikan budaya dan keperluan hidup sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Thobrani dan Abu Nu’aim daripada Muaz b Jabal:قال الرسول e : خُذُوْا العَطَاءَ مَادَامَ عَطَاءًا فَإِذَا صَارَ رَشْوَةً فِىْ الدِّيْنِ فَلاَ تَأْخُذُوْهُ وَلَسْتُمْ بِتَارِكِيْهِ يَمْنَعُكُمُ الفَقْرُ وَالحَاجَةُ Maksudnya : Ambillah oleh kamu akan suatu pemberian itu selama ia masih sebagai pemberian. Tetapi apabila ia telah menjadi rasuah dalam pandangan agama maka jangan kamu mengambilnya. Namun kenyataannya kamu tidak akan dapat meninggalkan rasuah itu kerana kamu takut fakir dan kamu sangat berhajat untuk mengambilnya
Friday, October 14, 2011
MAHRAM DALAM ISLAM SIRI 2
- Contohnya, mahram yang disebabkan oleh musyaharah bagi ibu tiri adalah anak suaminya dari istri yang lain (anak tirinya) dan mahram musyaharah bagi menantu perempuan adalah bapa suaminya (bapa mertua), sedangkan bagi ibu istri (ibu mertua) adalah suami anak perempuannya (menantu laki-laki) [Al Mufashshol 3/162].
- Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan oleh Allah swt dalam firmanNya, yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau anak lelaki mereka, atau anak lelaki suami mereka.” (Qs. An-Nur: 31)
- “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu tiri).” (Qs. An-Nisa’: 22)
- “Diharamkan atas kamu (mengawini) … ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, dan istri-istri anak kandungmu (menantu).” (Qs. An-Nisa’: 23)
Yang Diharamkan Dengan Sebab Musyaharah (Perkahwinan)
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa orang-orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab musyaharah adalah:
1. Ayah mertua (ayah suami)
Mencakup ayah suami atau bapa dari ayah dan ibu suami juga bapa-bapa mereka ke atas (Lihat Tafsir As-Sa’di hal: 515, Tafsir Fathul Qodir 4/24 dan Tafsir Qurthubi 12/154).
2. Anak tiri (anak suami dari istri lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri lelaki maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka (Lihat Tafsir Qurthubi 12/154 dan 5/75, Tafsir Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Ibnu Katsir 1/413).
3. Ayah tiri (suami ibu tapi bukan bapa kandungnya)
Haramnya pernikahan dengan ayah tiri ini berlaku ketika ibunya telah jimak dengan ayah tirinya sebelum bercerai. Namun, jika belum berlaku jimak, maka diperbolehkan.
Abdullah Ibn Abbas ra berkata, “Seluruh wanita yang pernah dinikahi oleh bapa maupun anakmu, maka dia haram bagimu.” (Tafsir Ath- Thobari 3/318)
4. Menantu laki-Laki (suami anak perempuan kandung)
Dan kemahraman ini terjadi sekadar anak perempuannya diakadkan kepada suaminya (Tafsir Ibnu Katsir 1/417).
Laki-laki yang Bukan Mahram bagi Wanita
1. Ayah Dan Anak Angkat
Hukum pengangkatan anak telah dihapuskan dalam Islam sehingga seseorang tidak dapat mengangkat anak kemudian dinasabkan kepada dirinya. Allah swt berfirman, yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan (yang benar).” (Qs. Al-Ahzab: 4)
Anak angkat tersebut juga tidak dapat menjadi ahli warisnya, karena pada hakikatnya anak tersebut dinilai sebagai orang lain.
2. Sepupu (Anak bapa saudara/ibu saudara dari ayah maupun dari ibu)
Allah swt berfirman tentang hal ini setelah menyebutkan tentang bermacam-macam orang yang haram dinikahi, artinya, “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapanNya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian…” (Qs. An-Nisa’: 24)
3. Saudara Ipar
Perkara ini berdasarkan pada keterangan hadis, “Waspadailah oleh kalian, menemui para wanita,” Berkatalah seseorang dari puak Ansar, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu kalau dia adalah Al-Hamwu (saudara lelaki sebelah suami)?” Rasulullah bersabda, “Al-Hamwu adalah merupakan kematian.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Imam Al-Baghawi berkata, “Yang dimaksud dalam hadis ini adalah saudara lelaki sebelah suami (ipar) karena dia tidak termasuk mahram bagi si istri. Dan seandainya yang dimaksud adalah mertua padahal ia termasuk mahram, lantas bagaimanakah pendapatmu terhadap orang yang bukan mahram?” Beliau selanjutnya berkata, “Maksudnya, waspadalah terhadap saudara ipar sebagaimana engkau waspada dari kematian.”
4. Mahram Titipan
Biasanya yang sering terjadi adalah apabila ada seorang wanita yang akan bepergian jauh (safar) seperti megerjakan umrah, dia mengangkat seorang lelaki yang ‘berlakon’ sebagai mahram sementaranya. Ini merupakan musibah yang sangat besar dan juga amalan bid’ah yang amat terang.
Hukum Wanita dengan Mahramnya
1.Tidak boleh menikah dengan mahramnya.
Berdasarkan firman Allah swt, “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan ; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapamu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nisa’ ayat 22-23)
2. Mahram boleh menjadi wali pernikahan.
Wali adalah syarat sah sebuah pernikahan, riwayat dari Abu Musa Al Asyaari berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak sah nikah kecuali dengan ada wali.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Hibban. Hadits shahih)
Namun tidak semua mahram berhak menjadi wali pernikahan, begitu juga sebaliknya, tidak semua wali datang dari mahramnya. Contoh wali yang bukan dari mahram ialah seperti anak laki-laki bapa saudara (saudara sepupu laki-laki), orang yang telah memerdekakannya, sultan. Adapun mahram yang tidak boleh menjadi wali ialah seperti mahram karena musyaharah (pernikahan).
3. Wanita tidak boleh safar (bepergian jauh) kecuali dengan mahramnya.
Banyak sekali hadits tentang larangan safar bagi wanita tanpa mahramnya.
Dari Abu Hurairah ra katanya Rasulullah saw dalam satu peperangan bersabda, “Tidak halal bagi wanita yang beriman pada kepada Allah dan hari akhir untuk mengadakan safar sehari semalam tidak bersama mahramnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Tidak boleh berkhalwat (berdua-duaan), kecuali bersama mahramnya.
Dari Ibn Abbas ra, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya, juga jangan safar dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” Seorang laki-laki berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteri saya pergi mengerjakan haji, padahal saya menyertai dalam sebuah peperangan.” Maka Rasulullah menjawab, “Berangkatlah untuk berhaji dengan istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Tidak boleh menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada mahramnya.
6. Tidak boleh berjabat tangan kecuali dengan mahramnya.
Dari Makqil bin Yasar ra, Rasulullah saw bersabda, “Seandainya kepala orang ditusuk jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Rauyani. Hadits Hasan)
Friday, September 30, 2011
MAHRAM DALAM ISLAM SIRI 1
Pembagian Mahram
Syaikh ‘Abdul ‘Adzim bin Badawi Al-Khalafi (lihat Al-Wajiiz) menyatakan bahwa, seorang wanita haram dinikahi karena tiga sebab, iaitu karena nasab (keturunan), persusuan, dan musyaharah (pernikahan). Oleh karena itu, mahram wanita juga terbagi menjadi tiga macam yaitu mahram karena nasab atau keluarga, persusuan dan pernikahan.
Mahram Karena Nasab
Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan darah atau hubungan keluarga.
Allah swt berfirman dalam surat An-Nur ayat 31, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau bapa mereka atau bapa suami mereka atau anak-anak lelaki mereka atau anak-anak lelaki suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau anak-anak lelaki saudara laki-laki mereka atau anak-anak lelaki saudara perempuan mereka.”
Para ulama’ tafsir menjelaskan, “Sesungguhnya lelaki yang merupakan mahram bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat ini, adalah:
1. Bapa
Termasuk dalam kategori bapa yang merupakan mahram bagi wanita adalah datok,samaada datok dari sebelah bapa maupun dari sebelah ibu. Juga bapa-bapa mereka ke atas. Adapun bapa angkat, maka ianya tidak termasuk mahram bagi wanita. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu.” (Qs. Al-Ahzab: 4)
2. Anak laki-laki
Termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah cucu, baik cucu dari anak lelaki maupun anak perempuan dan keturunan mereka. Adapun anak angkat, maka dia tidak termasuk mahram berdasarkan pada keterangan di atas.
3. Saudara lelaki,
Baik saudara lelaki kandung maupun saudara sebapa ataupun seibu saja.Saudara lelaki tiri yang merupakan anak kandung dari bapa sahaja atau dari ibu saja termasuk dalam kategori mahram bagi wanita.
4. Anak Saudara,
Baik dari saudara laki-laki maupun perempuan dan anak keturunan mereka. Kedudukan anak saudara dari saudara kandung maupun saudara tiri sama halnya dengan kedudukan anak dari keturunan sendiri. (Lihat Tafsir Qurthubi 12/232-233)
5. Bapa Saudara,
Baik bapa saudara dari sebelah bapa ataupun dari sebelah ibu.
Syaikh Abdul Karim Zaidan mengatakan dalam Al-Mufashal Fi Ahkamil Mar’ah (3/159), “Tidak disebutkan bahwa bapa termasuk mahram dalam ayat ini (QS. An-Nur: 31) karena kedudukan bapa saudara sama seperti kedudukan kedua ibubapa, bahkan kadang-kadang bapa saudara juga disebut sebagai bapa.
Allah swt berfirman yang artinya, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-bapamu Ibrahim, Ismail dan Ishaq.” (Qs. Al-Baqarah: 133)
Sedangkan Isma’il adalah bapa saudara dari anak lelaki Ya’qub. Maka bapa saudara termasuk mahram adalah pendapat jumhur ulama’.
Mahram Sebab Ar-Radha’(Susuan)
Ar-radha’ah atau persusuan adalah bermaksud masuknya air susu seorang wanita ke dalam mulut anak kecil dengan syarat-syarat tertentu (al-Mufashol Fi Ahkamin Nisa’ 6/235).Sedangkan persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram adalah sebanyak lima kali persusuan, berdasar pada hadits dari `Aisyah radhiyallahu `anha, beliau berkata, “Termasuk yang diturunkan dalam Al Quran bahwa sepuluh kali persusuan dapat mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan.” (HR. Muslim 2/1075/1452) Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama’ (Lihat Nailul Authar 6/749 dan Raudhah Nadiyah 2/175).
Sesetengah ulama mengatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebagai tanda berlakunya mahram ar-radha’ (persusuan) ini, yaitu:
1. Telah terjadinya proses penyusuan selama lima kali.
2. Penyusuan terjadi selama masa bayi menyusui yaitu dua tahun sejak kelahirannya.
3. Hubungan mahram yang berasal dari persusuan telah disebutkan oleh Allah swt dalam firmannya tentang wanita-wanita yang haram untuk dinikahi, yang artinya, “Juga ibu-ibu yang menyusui kamu serta saudara-saudara kamu dari persusuan.” (Qs. An-Nisa’: 23)
Dan disebutkan juga oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a ia berkata, “Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.” (HR. Bukhari 3/222/ 2645 dan Muslim 2/1068/ 1447)
1. Bapa Persusuan (suami ibu susu).
Termasuk mahram juga dato persusuan yaitu bapa (ayah) kepada bapa atau ibu persusuan, juga bapa mereka ke atas. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sesungguhnya Aflah saudara laki-laki Abi Qu’ais meminta izin untuk menemuiku setelah turun ayat hijab, maka aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memberi izin kepadamu sebelum aku minta izin kepada Rasulullah, karena yang menyusuiku bukan saudara Abi Qu’ais, akan tetapi yang menyusuiku adalah isteri Abi Qu’ais. Maka tatkala Rasulullah datang, aku berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki tersebut bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang menyusuiku adalah saudara isterinya. Maka Rasulullah bersabda, “Izinkan baginya, karena dia adalah bapa saudaramu.” (HR. Bukhari: 4796 dan Muslim: 1445)
2. Anak lelaki dari ibu susu.Termasuk anak susu adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka.
3. Saudara laki-laki sepersusuan.Baik dia saudara susu kandung, sebapa maupun seibu.
4. Anak Saudara persusuan Baik anak saudara persusuan laki-laki maupun perempuan, juga keturunan mereka.
5. Bapa Saudara persusuan (saudara laki-laki bapak atau ibu susu). (Lihat al-Mufashol 3/160)
Friday, September 23, 2011
HUDUD ADAKAH SESUAI DIMALAYSIA?
Friday, September 16, 2011
HAYATI MERDEKA YANG SEBENAR DALAM ISLAM
Friday, September 9, 2011
Bulan Ramadhan adalah satu rahmat kepada semua yang berpuasa dan turut menjadi bonus kepada petugas perubatan yang bekerja di klinik atau di hospital kerajaan.Pengalaman bekerja di bidang ini mendapati bahawa di bulan Ramadhan, bilangan pesakit yang berkunjung ke klinik-klinik dan yang dimasukkan ke hospital biasanya akan berkurangan.Beberapa kajian saintifik mendapati bahawa puasa adalah sebahagian daripada pencegahan dan rawatan kepada pembunuh utama rakyat Malaysia iaitu 'Sindrom Metabolik'.Penyakit Sindrom Metabolik ini merangkumi beberapa penyakit termasuklah darah tinggi, kencing manis, hypercholesterolaemia (kandungan lemak yang tinggi) dan kegemukan (obesiti).
Puasa Ramadhan juga dapat meningkatkan kesihatan seseorang dengan berlakunya proses detoksifikasi atau pembuangan toksin yang berkesan dari tubuh badan selain daripada ratusan kebaikan yang lain dari sudut kesihatan fizikal, emosi dan spiritual.Namun situasi mesra kesihatan di bulan Ramadhan ini berubah sebaik sahaja menjelang Syawal. Apa tidaknya, setelah sebulan berpuasa dan berdisiplin dengan tabiat pemakanan yang sihat kini bertukar wajah menjadi pesta makanan yang menyajikan pelbagai jenis juadah yang lazat dan menggiurkan.Kegilaan menjamu selera menjadi lebih parah dengan budaya rumah terbuka yang biasanya berlanjutan selama sebulan atau mungkin lebih. Walaupun tujuan asal rumah terbuka dan amalan ziarah menziarahi adalah sangat baik dan terpuji iaitu untuk merapatkan silaturrahim dan saling bermaaf-maafan di antara satu sama lain.
Penyakit-penyakit utama di bulan Syawal
Sakit perut dan cirit-birit
Masuk saja ke bulan Syawal, kejadian sakit perut, muntah dan cirit-birit adalah gejala yang sangat kerap berlaku. Ramai di kalangan kita yang mengidap acute gastro-enteritis (keracunan makanan), gastrik dan perut yang meragam akibat pengambilan juadah hari raya tanpa tabiat mengamalkan pemakanan yang sihat.
Kencing manis (diabetes)
Pada bulan Syawal juga ramai pesakit diabetes yang perlu dimasukkan ke hospital kerana kandungan gula di dalam darahnya yang meningkat di luar kawalan. Namun begitu, ada juga pesakit baru yang dikesan mengidap diabetes kerana tabiat pemakanannya yang tidak sihat di sepanjang Ramadhan dan Syawal.
Kegemukan (obesiti)
Sekiranya budaya rumah terbuka tidak diikuti dengan disiplin pemakanan yang baik, maka fenomena 'seluar longgar' dek keberkatan Ramadhan dan akan digantikan oleh gejala 'seluar sendat' dek kedahsyatan pesta makanan yang berpanjangan di sepanjang Syawal.
Kehebatan seseorang yang berjaya menurunkan berat badannya di bulan Ramadhan hanya boleh dipuji sekiranya dia berjaya mengekalkan berat badan tersebut sehingga di penghunjung Syawal setelah melepasi ujian marathon jamuan demi jamuan tersebut.
Malas untuk beramal
Biasanya kita mudah untuk membaca al-Quran dan solat berjamaah di bulan Ramadhan tetapi lain pula situasinya di bulan Syawal. Surau dan masjid yang biasanya penuh di bulan puasa akan kelihatan kosong dan kurang dikunjungi selepas Ramadhan. Al-Quran yang menjadi teman sehinggakan budaya mengkhatamkannya di sepanjang bulan Ramadhan akan berubah sekelip mata sehinggakan jarang sekali dibeleknya sebagai bekalan hidup dengan berlalunya Ramadhan.
Penyakit lidah
Umumnya adalah lebih mudah bagi umat Islam yang berpuasa di bulan Ramadhan untuk menjaga lidahnya daripada tabiat mengumpat, suka berdebat dan kutuk mengutuk di antara satu sama lain. Namun keadaannya berubah setelah berlalunya bulan berkat dan bulan ibadah ini.
Ramai di kalangan kita yang melupai disiplin menjaga lidah dan mulut menjelang berlalunya Ramadhan. Lebih menyedihkan lagi apabila gelanggang rumah terbuka ini mungkin menjadi medan mengumpat atau pesta yang bercampur-baur tanpa batasan.
Tabiat-tabiat lama
Taqwa adalah merupakan objektif dan hikmah puasa itu sendiri. Ia boleh diukur apabila melihat diri seseorang atau keluarganya semakin baik dan cemerlang setelah melalui medan tarbiyah selama sebulan di bulan Ramadhan.
Lebih menyedihkan buat seseorang individu mahupun umat Islam umumnya apabila penyakit-penyakit lama yang telah sebati di dalam dirinya datang kembali malahan semakin membarah dengan berlalunya Ramadhan.
Bagaimana mengatasi fenomena ini?
a. Bersederhana di dalam mengendalikan rumah terbuka
b. Melakukan amalan ziarah menziarahi secara terancang
c. Menjaga disiplin pemakanan
d. Bermuhasabah diri dan mendidik keluarga serta masyarakat mengenai amalan berhari-raya menurut syara'
e. Mengamalkan puasa enam di bulan Syawal
f. Menjadikan riadah sebagai acara regular mingguan
g. Mengamalkan gaya hidup yang sihat
h. Banyak berdoa memohon pertolongan dari Allah s.w.t
Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud,
"Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun." (Hadis shahih riwayat Muslim)
Pasti anda pernah mengalami situasi di mana walaupun anda baru sahaja selepas makan, anda amat cepat untuk berasa lapar kembali. Ini akan membuatkan anda untuk makan banyak kali. Ia tidak baik untuk penjagaan kesihatan. Jadi, apakah punca yang menyebabkan masalah ini?
(1) Minum terlalu banyak minuman manis- Hasil daripada kajian oleh University of California di San Fransisco mendapati bahawa kandungan gula boleh 'menipu' otak terhadap keinginan untuk makan lebih banyak. Ia menghalang hormon leptin daripada memberitahu otak bahawa anda telah mendapatkan makanan yang secukupnya.
(2) Makan makanan bertin- Makanan di dalam tin terdedah kepada bahan kimia seperti bisphonel-A atau BPA, yang turut mempengaruhi hormon leptin seseorang. Ia akan menyebabkan seseorang untuk makan banyak kali dan juga dikatakan sebagai punca terhadap masalah obesiti.
(3) Sarapan pagi yang tidak mencukupi- Hasil kajian terhadap 6746 orang selama empat (4) tahun mendapati bahawa seseorang yang mengambil 300 kalori pada sarapan pagi akan meningkatkan pertambahan berat badan sebanyak dua (2) kali ganda berbanding orang yang mengambil 500 kalori. Ini kerana sarapan pagi yang tidak mencukupi akan menyebabkan seseorang untuk makan banyak kali sepanjang hari.
(4) Tidak makan sayur-sayuran- Khasiat di dalam sayur-sayuran boleh membantu untuk seseorang berasa kenyang lebih lama dan ini dapat mengelakkan anda daripada makan banyak kali.
(5) Tidak minum teh kurang gula- Hasil daripada kajian mendapati bahawa seseorang yang minum teh kurang gula selepas makan akan membuatkan mereka berasa lebih kenyang dan secara tidak langsung dapat mengelakkan anda daripada makan banyak kali.
(6) Kurang minum air masak- Tubuh badan yang kurang air akan menyebabkan seseorang untuk makan lebih banyak kerana ia meningkatkan tahap kelaparan seseorang. Sebaiknya, sebelum makan anda perlu minum air masak terlebih dahulu.
(7) Kebosanan- Hasil daripada kajian penyelidik Flinders University, Australia mendapati bahawa kebosanan akan meningkatkan keinginan seseorang untuk makan lebih banyak.
