Friday, July 20, 2012

PUASA AMALAN NABI-NABI TERDAHULU


Firman Allah S.W.T: “ Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa. “.Sebagaimana keterangan Alquran dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 183, puasa yang diwajibkan kepada umat Islam, sebenarnya juga pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya.
      Sismono dalam bukunya yang berjudul 'Puasa Pada Umat-umat Dulu dan Sekarang' menyebutkan, puasa sudah dilakukan oleh bangsa dan kaum yang hidup sebelum datangnya Islam. Seperti puasa yang dilakukan oleh bangsa Mesir Kunoi, Yunani Kuno, Romawi Kuno, Zoroaster, Majusi, Yahudi, Nasrani, Cina Kuno, Jepun Kuno, Buddha, Hindu, Manu, Konghucu, dan lainnya. ''Bahkan, nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW juga sudah melaksanakan puasa,'' tulisnya.

Nabi Adam A.S :
Sejarahwan Muslim, Ibnu Katsir, meyakini bahwa ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Menurut dia, Adam berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa Adam berpuasa pada 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah. Sementara yang lain berpendapat, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu dia diturunkan dari taman surga oleh Allah.

Ada juga yang mengatakan Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam berpuasa dalam rangka mendoakan putra-putrinya. Selain itu, ada yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jumaat untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya tobat Adam oleh Allah.

''Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumaat, diturunkan di bumi pada hari Jumaat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumaat dan wafat pun pada hari Jumaat.'' (HR Bukhari).

Walaupun dalam Alquran maupun hadis tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Adam dan generasi sesudahnya, tetapi ada petunjuk-petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para rasul terdahulu itu adalah agama monotheisme yang mengajarkan kepercayaan pada ke esaan Tuhan (Allah).

Nabi Nuh A.S :
Nabi Nuh yang berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun, seperti puasanya Nabi Adam. Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Allah dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terapun apung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar, dan terus bertaubat kepada Allah.

Nabi Ibrahim A.S :
Nabi Ibrahim AS juga terkenal dengan kegemarannya berpuasa, terutama pada saat hendak menerima wahyu dari Allah, yang kemudian dijadikan suhuf Ibrahim itu. Puasa menurut agama Ibrahim dilaksanakan oleh Ismail, putra Ibrahim yang terkenal taat beribadah itu; dan puasa Ibrahim diikuti pula oleh Ishaq (putra Ibrahim dari Sarah).

Nabi Ya'kub A.S :
Nabi Ya'kub terkenal sebagai orang tua dan rasul yang gemar berpuasa, terutama untuk keselamatan putra-putranya.

Nabi Daud A.S :
Perintah puasa yang paling populer hinga sekarang ini adalah puasa Nabi Daud as. Puasa ini tergolong istimewa karena Nabi daud tidak hanya seorang prajurit, tetapi juga raja dan ahli perang terkemuka. Nabi Daud dikenal sebagai nabi yang berhasil mengalahkan musuh yang jauh lebih besar, yaitu Goliath.Pelaksanaan ibadah puasa nabi Daud juga tergolong aneh bila dibandingkan dengan puasa nabi-nabi lainnya. Puasa nabi Daud dilaksanakan sehari puasa, sehari tidak. Bahkan, puasa Nabi Daud ini ternyata berlangsung hingga nabi Sulaiman, putranya dan nabi sesudahnya. Tidak hanya itu saja, pelaksanaan ibadah puasa itu disebutkan dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim as. Seperti diketahui, salah satu mukjizat beliau adalah kebal dari kobaran api ketika dibakar oleh raja Namrudz yang kejam.Sepeninggal Nabi Daud, pelaksanaan puasa tersebut tidak lenyap begitu saja. Bahkan, hingga sekarang ini umat Nabi Muhammad SAW juga banyak yang menjalankan puasa Daud selain puasa Isnin-Khamis.

Nabi Musa A.S :
Perintah melaksanakan puasa bagi umat Nabi Musa merupakan rentetan dari kewajiban puasa yang diwajibkan pada umat Nabi Muhammad SAW, seperti dalam Q.S Al-Baqarah:183.
Puasa yang dijalankan oleh Nabi Musa beserta umatnya jauh lebih berat dari pada puasa nabi Muhammad SAW. Mereka diwajibkan berpuasa selama 40 hari 40 malam. Dalam Kitab Perjanjian Lama, puasa Nabi Musa merupakan cikal bakal puasa bagi umat Nabi Isa karena jenis puasanya juga sama. Bahkan, Nabi Musa berpuasa  di Gunung Sinai ketika mendapatkan perintah ALLAH SWT.
     Masalah puasa nabi Musa ini tercantum dalam Kitab Perjanjian Lama (Keluaran 34: 29): "Musa berada di sana bersama-sama dengan Tuhan 40 hari 40 malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air dan ia menuliskan padaloh itu segala perktaan perjanjian, yakni kesepuluh firman". Hal ini kemudian yang dikenal sebagai 10 Firman Tuhan.
    Setelah melakukan puasa  selama itu, Musa  mengalami perubahan yang sangat dahsyat. dari wajahnya keluar cahaya yang menakjubkan bagi setiap orang yang memandangnya. Hal ini tertulis dalam Perjanjian Lama (Keluaran 34:30). Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, ia tidak tahu bahwa kulit mukanya bercahaya karena ia berbicara dengan Allah SWT.
    Ada pula puasa yang dianjurkan pada Musa, yaitu berpantang tidak boleh melakukan sesuatu. Termaktub dalam Perjanjian Lama (keluaran: 34:14) bahwa Musa diharuskan memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi. Dengan ketentuan, selama 7 hari lamanya, Musa tidak boleh makan roti yang beragi. Hal itu ditetapkan dalam Bulan Abid, sebagai peringatan Musa dan kaumnya keluar dari Mesir atas kejaran Raja Fir'aun.
    Jika kita meneliti kitab Perjanjian Lama, antara bahasa orang Yahudi, Aramaik, Arab dan Ethiopia ternyata menggunakan kata yang sama, yaituShaum (menahan nafsu). Kata ini berarti menghentikan aktivitas makan, minum, dan nafsu sekaligus menandai ungkapan penyesalan atas doa yang diperbuatnya. Oleh karena terjadi  penyimpangan ajaran-ajaran yang sudah tidak sesuai dengan Kitab Perjanjian Lama, akhirnya tradisi puasa yang dilakukan oleh orang Yahudi terdahulu sekarang ini sudah jauh berubah.
Sementara Nabi Yusuf berpuasa ketika berada dalam penjara bersama para pesalah lainnya. Kebiasaan berpuasa ini juga beliau terapkan ketika menjadi pembesar Mesir dan menjawat sebagai menteri ekonomi negeri tersebut. ''Kerana aku khuwatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin.''

Nabi Yunus A.S :  
Nabi Yunus berpuasa dari makan dan minum saat berada dalam perut ikan besar selama beberapa hari, kemudian berbuka puasa setelah dimuntahkan kembali dari dalam perut ikan itu. Untuk berbuka, dikisahkan beliau memakan buah sepsis buah labu yang tumbuh di tepi pantai.

Nabi Ayub A.S :
 Nabi Ayub berpuasa pada waktu dia hidup dalam serba kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun, sampai akhirnya sihat seperti sediakala.

Nabi Syuaib  A.S :
Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dan sebagai orang tua yang banyak melakukan puasa dalam rangka bertakwa kepada Allah. 

Friday, July 13, 2012

BACALAH SURAH AL-KAHFI PADA HARI JUMAAAT


Jumaat bukan hujung minggu atau permulaan kepada hujung minggu.
Ia adalah hari permulaan kepada minggu yang baru. Perilaku kita pada satu Jumaat, Insya Allah banyak mempengaruhi hari-hari yang berikut dalam minggu tersebut hingga datang Jumaat yang seterusnya. Muhasabahlah keadaan diri kita pada hari Jumaat, untuk sebuah minggu yang lebih baik, mudah-mudahannya.
Hari Jumaat ada banyak amalan untuk memakmurkannya.Rebutlah beberapa keutamaan penting yang disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala khusus dengan kedatangan hari ini.
MEMBACA SURAH AL-KAHF
Antaranya ialah membaca dan bertadabbur dengan Surah al-Kahf.
FUNGSI SURAH AL-KAHF
Menurut Sahib Tafseer fee Dhilaal al-Quran, Surah al-Kahf berfungsi melindungi orang-orang yang beriman daripada fitnah Dajjal kerana ia menyediakan ‘tools‘ untuk menghasilkan tiga perkara:
1.             (تصحيح العقيدة) Membetulkan sistem kepercayaan (Aqidah)
2.             (تصحيح منهج الفكر و النظر) Membetulkan metod berfikir dan memerhati (Pandangan Hidup)
3.             (تصحيح القيم بميزان العقيدة) Membetulkan sistem nilai dengan pertimbangan kepercayaan (Nilai)
CHECK LIST
Justeru, usai membaca Surah al-Kahf, jawab soalan-soalan berikut sebagai menilai keberkesanan isi kandungan Surah itu kepada kehidupan kita:
1.             Apabila mempercayai sesuatu dalam hidup ini, atas asas apakah ia dipercayai? Aqidah, Ibadah, urusan jual beli dan kepenggunaan, bagaimanakah kita menetapkan pendirian tentang keputusan ‘buy-in‘ kita terhadap sesuatu yang datang ke dalam hidup?
2.             Bagaimanakah kejadian-kejadian di dalam hidup ini diberikan makna? Kerjaya, keluarga, perancangan hidup, adakah ia sekadar makna kulit bagi setiap perkataan itu atau ada makna yang lebih besar? Jika sistem ganjaran terhadap kerjaya dan keluarga gagal memenuhi jangkaan diri, bagaimanakah ia diatasi dan di sisi manakah kita mendapatkan kepuasan mengenainya?
3.             Apakah yang baik, berguna, penting dan utama dalam hidup ini? Bagaimana pertembungan di antara pelbagai komitmen ke atas diri yang satu, disusun atur antara yang perlu disusun atur, atau dibuang dan diabaikan seandainya tidak perlu? Bagaimanakah keputusan untuk hal-hal ini dibuat? Atas pertimbangan apakah keputusan itu dibuat?
Ini adalah soalan kehidupan yang boleh digunakan untuk menilai, sama ada ‘tools‘ yang terdapat di dalam Surah al-Kahf berjaya digarap atau sebaliknya.
Fitnah Dajjal tidak datang dalam bentuk ancaman fizikal. Ia muncul dalam keadaan kita pun mungkin tidak sedar dengan kemunculannya. Ia menyelinap masuk mengganggu gugat kepercayaan, merosakkan sistem fikir dan sistem nilai.
MUHASABAH
Surah al-Kahf merumuskan bahawa:
1.             Harta dan sebarang pemilikan fizikal adalah liabiliti (nilai tanggungan). Hanya dengan menghubungkan semua harta dan fizikal dengan Allah, ia menjadi aset.
2.             Ilmu adalah liabiliti. Hanya dengan menghubungkan semua ilmu dengan Allah, ia menjadi aset.
3.             Kuasa adalah liabiliti. Hanya dengan menghubungkan kuasa dengan Allah, ia menjadi aset.
4.             Kepercayaan adalah pembinasa kerana ia punca kita salah menafsir makna. Ia adalah liabiliti. Hanya dengan kepercayaan yang menjadikan kita berhubung dengan Allah, ia menjadi aset.
Muhasabah KEPERCAYAAN anda (cetusan kisah Ashaab al-kahf).
Muhasabah HARTA anda (cetusan kisah lelaki kafir pemilik dua kebun).
Muhasabah ILMU anda (cetusan kisah Musa dan Khaidir).
Muhasabah KUASA anda (cetusan kisah Zulqarnain).
Adakah setiap satunya itu ASET atau LIABILITI?
Jika setiap satunya membawa kita kepada Allah, maka ia adalah aset yang penting bagi pelaburan hidup dunia dan Akhirat.
Jika setiap satunya gagal membawa kita kepada Allah, maka ia adalah liabiliti yang mengundang musibah dunia dan Akhirat.
Ia mesti berhubung dengan Allah.
Terputus hubungan dengan Allah, semua kepercayaan, harta, ilmu dan kuasa akan melekat di dinding Materialisma.Mazhab Dajjal.
Dipetik dari http://saifulislam.com/?p=10085#more-10085